Minggu, 18 September 2011

IDK 5.....ilmu gizi(konsep dasar,dasar penentuan kebutuhan gizi,cara penilaian status,masalah gizi)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Untuk mendapatkan kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuh, setiap orang perlu mengkonsumsi beranekaragam makanan.Makan makanan yangberanekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah yang diantaranya sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dasar dalam ilmu gizi??

2. Apa-apa saja kah dasar penentuan kebutuhan gizi??

3. Bagaimanakah cara penilaian status gizi tersebut?

4. Apakah masalah yang terdapat dalam gizi utama?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep dasar ilmu gizi

2. Untuk mengetahui dasar penentuan kebutuhan gizi

3. Untuk mengetahui cara penilaian status gizi

4. Untuk mengetahui masalah gizi utama

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan dengan telaah pada buku-buku atau sumber lain yang dapat dijadikan sumber atau referensi serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi dengan kajian atau pokok bahasan dalam makalah ini.

BAB II

ISI

2.1 KONSEP DASAR ILMU GIZI

a. Pengertian atau Istilah dalam Gizi

1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanandalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.

2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proseskehidupan.

3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi.

4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.

5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.

6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.

7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zatgizi.

Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.

Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :

1. Secara Klasik :

Gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh).

2. Sekarang :

Selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.

b. Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi

Berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New York, AS.

Pada zaman purba, makanan penting untuk kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwamakanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan.

Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain:

1. Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri – Pertama dipelajari oleh Antoine Lavoisier (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri. Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya penelitian tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok.

2. Penemuan Mineral – Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi. Pada tahun 1808 ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zat besi sebagai zat esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairan tubuh perlu konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentang pengaruh konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsiumklorida terhadap jaringan hidup.

3. Penemuan Vitamin – Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-penelitian dengan makanan yang dimurnikan dan makanan utuh. Dengan hasil: ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yang tidak tergolong zat gizi utama dan berperan dalam pencegahan penyakit (Scurvy dan Rickets). Pada tahun 1912, Funk mengusulkan memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920, vitamin diganti menjadi vitamine dan diakui sebagai zat esensial.

4. Penelitian Tingkat Molekular dan Selular – Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperolehpengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat gizi dalampertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian bergeser dari zat-zat giziesensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan thdp kandungan zat gizi.

5. Keadaan Sekarang – Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunan terhadap kebutuhan gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat giziesensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas keracunan).

c. Ruang Lingkup Ilmu Gizi

Ruang lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makananoleh tubuh yang sehat dan sakit). Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran. Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.

d. Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan

Terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan mikronutrien.

1. Makronutrien

Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh. Karbohodrat (hidrat arang), lemak,protein, makromineral dan air.

2. Mikronutrien

Golongan mikronutrien terdiri dari :

1. Karbohidrat – Glukosa; serat.

2. Lemak/ lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3).

3. Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin; treonin; valin; histidin; nitrogen nonesensial.

4. Mineral Kalsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan; tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel; silikon, arsen, boron; vanadium, molibden.

5. Vitamin Vitamin A (retinol); vitamin D (kolekalsiferol); vitamin E (tokoferol); vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin; biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin B12; asam pantotenat;vitamin C.

6. Air

e. Fungsi Zat Gizi

1. Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukankegiatan/aktivitas.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) –Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak.

3. Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal sarafdan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.

f. Faktor yang mempengaruhi gizi:

1. Jenis kelamin. Terdapat perbedaan kebutuhan gizi antara pria dan wanita, yang disebabkan adanya perbedaan sifat hormonal maupun perbedaan otot antara pria dan wanita. Hal ini tentunya akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh sehingga kebutuhan gizi juga berbeda.

2. Umur. Kebutuhan tiap jenis zat gizi berbeda menurut kelompok umur. Protein misalnya, dibutuhkan lebih besar pada saat usia bayi dan anak dibandingkan dengan dewasa. Hal ini disebabkan kelompok bayi dan anak-anak berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh yang pesat.

3. Ukuran tubuh. Ukuran tubuh seseorang merupakan gambaran dari luas permukaan tubuhnya, yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi. Semakin tinggi dan semakin berat tubuh seseorang berarti mebutuhkan gizi yang makin meningkat.

4. Iklim. Suhu udara dingin akan menyebabkan tubuh secara refleks mengatur suhu di dalam tubuh untuk mengimbangi pengaruh suhu luar. Untuk itu diperlukan tambahan energi yang akan dibakar untuk memanaskan tubuh. Oleh karena itu orang yang tinggal di daerah beriklim dingin akan membutuhkan gizi yang lebih besar dibandingkan.

5. Aktivitas. Jenis aktivitas seseorang juga akan mempengaruhi tingkat kebutuhan gizinya sehari-hari. Makin intensif aktivitas berarti semakin besar gizi yang dibutuhkan, sebaliknya semakin sedikit aktivitas seseorang maka tingkat kebutuhan gizinya juga semakin kecil.

6. Keadaan faal. Ibu hamil membutuhkan gizi lebih banyak dari daripada ibu dengan kondisi fisik normal. Demikian juga ibu meneteki membutuhkan gizi yang berbeda dengan ibu yang tidak meneteki. Hal ini disebabkan secara fisiologis ibu tersebut harus mensuplay gizi bukan hanya untuk dirinya melainkan juga untuk bayinya.

8. Kondisi sakit. Pada saat tubuh dalam keadaan sakit, terjadi perubahan faali yang menyebabkan perubahan kebutuhan gizi. Suhu tubuh yang meningkat karena sakit, akan meningkatkan kebutuhan energi dan protein. Demikian pula terjadinya penyakit infeksi akan membutuhkan protein yang lebih banyak daripada kondisi sehat.

2.2 DASAR PENENTUAN KEBUTUHAN GIZI

2.2.1 Standart kecukupan gizi.

Standart kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:

· Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.

· Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral.

2.2.1.1 Kecukupan kalori (energi)

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan, tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam makanan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah energi kimia, energi mekanis, senergi panas dan energi listrik.

Energi dalam tubuh digunakan untuk:

· Melakukan pekerjaan eksternal;

· Melakukan pekerjaan internal dan untuk mereka yang masih tumbuh;

· Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk senyawa-senyawa baru.,

Untuk mengukur atau menentukan banyaknya energi yang dihasilkan makanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Langsung

Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan dengan menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter. Dengan menggunakan alat tersebut akan dapat ditentukan atau diukur sejumlah kalori (untuk energi) yang dihasilkan zat makanan. Satu kalori adalah merupakan banyaknya panas yang digunakan untuk menaikan suhu 1 liter air sebanyak 1oC

2. Secara tidak langsung

Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan atau bahan makanan melalui suatu penguraian kimiawi (analisa), dengan pertama- tama di tentukan terlebih dahulu karbonhidratya, lemak dan protein.

2.2.1.1.1 Penentuan kebutuhan kecukupan Energi

Cara-cara menentukan kebutuhan energi (kalori):

· Teori RBW (teori berat badan relatif)

RBW = BB (Kg)/ TB(cm)-100X100 %

BB = Berat badan

TB = Tinggi badan

Kalori di atas harus ditambah dengan kalori untuk kegiatan pregnansi dan laktasi.

Kalori untuk orang hamil ditambah 100 kalori (tri semester I),ditambah 200 kalori (tri semester II), ditambah 300 kalori (tri semester III).

Bagi yang menyusui / laktasi ditambah 400 kalori per hari.kelemahanya bila menggunakan teori RBW adalah jenis kelamin dan umur tidak di akomodasikan .

Energi BMR (basal metabolisme rate)

Energi BMR adalah energi minimal untuk menjalankan proses kerja atau proses faal dalam tubuh dalam kondisi Resting Bed (berbaring istirahat di atas tempat tidur).

2.2.1.1.2 Determinasi Efektif Energi

Determinasi efektif adalah cara penelusuran yang efektif untuk menentukan kebutuhan energi per hari yang dibutuhkan seseorang.Determinasi efektif energi yang diambil oleh:

1. Pengawasan berat badan dan pengaturan-pengaturan energi yang sesuai

2 Penyesuaian energi digunakan jika beratnya memenuhi

3. Menghitung energi seperti berikut:

a.) Menggunakan formula Haris-Beneditc (BBE) untuk dua puluh empat jam didasarkan usia jenis kelamin dan ukuran pada individu dengan berat badan ideal sekitar1 kalori/kgjam x 24 jam.

b).Tambahan aktivitas seperti presentasi BBE sebagai berikut:

Tidak melakukan aktifitas ……………………… 20 %

Tenag…………………………………………….. 30 %

Aktifitas…………………………………………… 50-75 %

c.) Penambahan dari 10 % dari hasil total untuk efek pada makanan , hasilya adalah total energi yang di perlukan dengan kriteria:

Tidak aktif = kalori 10-12 kalori/ bb

Aktif = kalori 13-15 kalori/bb

Sangat aktif = kalori 16-20 kalori/bb

4. Metode yang lain untuk menunjukkan tingkat kegemukan perlu mengurangi 500-750 kalori dari energi total kebutuhan sehari-hari, untuk orang yang sangat gemuk dikurangi 1000 kal/hari.

5. Energi yang dibutuhkan anak-anak antara 36-45 kal /1b

Remaja laki-laki = 20-36 kal/1b

Remaja wanita = 15-20 kal /1b

Menurut Sawer Wein., menyatakan dengan rumus

BMR = 660 + (13,7) + (1,5 x 1) – (6,8 x a)….untuk laki-laki

BMR = 653 + (9,6 x w) + (1,7 x 1) -(4,7 x a)…untuk wanita

Dengan: BMR = Produk panas dalam 24 jam (kalori)

W = berat badan (kg)

L = tinggi badan (cm)

A = usia (th)

2.2.1.2 Kecukupan protein

Tubuh manusia memerlukan berbagai zat gizi yang satu sama yang lain saling mempengaruhi. Bayaknya protein dalam tubuh didasarkan oleh dua hal pokok berikut:

1. Untuk memenuhi kebutuhan basal (minimal) di mana apabila jumlah kebutuhan ini tidak dipengaruhi maka kesehatan tubuh akan terganggu dan pertumbuhan normal tidak akan tercapai.

2. Sejumlah tambahan untuk mengimbangi adanya kerusakan infeksi, stress dan sebagainya.

Tubuh kita tidak dapat menghindari kehilangan-kehilangan protein terutama yang terjadi melalu air seni, kotoran(feses) dan kulit. Dari penelitian -penelitian diperoleh suatu formula yang di kenal dengan cara factorial (factorial method) untuk memperoleh angka kebutuhan protein sebagai berikut:

R =(U b + F b S + G) x 1,1

Keterangan

R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari

Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari

Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari

S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari

G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari

1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin

Kehilangan nitrogen basal:

· Kehilangan nitrogen basal melalui air seni

Pengeluaran nitrogen melalui air seni ,keadaan ini melalui atau berhubungan dengan basal metabolisme. Dari penelitian tersebut ditentukan dengan radio 2 mg nitrogen per basal kalori dapat diterima dan angka kehilangan nitrogen air seni sebesar 46 mg nitrogen per kg berat bdan terhadap orang dewasa laki-laki. Basal metabolisme rate per kg berat badan pada wanita lebih rendah dari laki-laki.kehi-langan nitrogen lewat air seni terdapat lebih rendah pada wanita dibandingkan laki-laki. Pada bayi umur 6 bulan pengeluaran nitrogen lewat air seni ditemukan 36 mg per kg berat badan.

· Kehilangan nitrogen basal melalui feses

Para ahli FAO menganjurkan angka 20 mg per kg berat badan untuk kehilangan nitrogen melalui feses.Dari penelitian -penelitian yang dilakukan angka kehilangan nitrogen lewat feses berkisar antara 9-23 mg per kg berat badan dengan rata-rata 12 mg per kg berat badan untuk orang laki-laki 9 mg nitrogen per kg berat badan.Untuk anak-anak rata-rata 31 mg nitrogen per kg berat badan. Pada bayi umur 6 bulan kebawah kehilangan nitrogen melalui 8 feses 20 mg per kg berat badan.

· Kehilangan nitrogen melalui kulit

Kehilangan nitrogen lewat kulit dal;am praktik dapat diabaikan namun kemudian dilaporkan bahwa kehilangan tersebut sebesar 5 mg per kg berat badan pada orang dewasa laki-laki.pada wanita mencapai 3,6 mg per kg berat badan. Faktor lingkungan dan iklim berpengaruh terhadap banyak sedikitnya nitrogen yang hilang lewat kulit terutama melalui air keringat.

2.2.1.3 Kecukupan vitamin

Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D. Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbetuk provitamin atau calon vitamin (Precussor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif.

2.2.1.4 Kecukupan mineral

Zat gizi dapat digolongkan, yaitu golongan Makromolekul (teh, protein dan lemak) serta mikromolekul vitamin dan mineral. Meskipun merupakan komponen yang paling vital untuk kehidupan, pada bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau, kambing, ayam, unggas, kelinci dan lain-lain), sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral. Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh. Unsur-unsur lain yang terdapat dalam jumlah sangat kecil disebut unsur-unsur runut (trace elements). Ini termasuk tembaga, moblibzenum, kobalt, mangan, zink, kromium, setenium, iodium dan fluor.

Penyerapan gizi dari berbagai jenis makanan telah diteliti dan dilaporkan oleh Martinez dan Torres (1971) yang mengadakan penelitian dengan menggunakan sampel 524 orang dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Penyerapan gizi dari berbagai jenis makanan.

Besi dari komoditi

% Penyerapan

Beras

Kedelai

Jagung

Ikan

Hati

1 %

6 %

3 %

11 %

13 %

Yodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme sehingga dalam keadaan konsumsi yodium yang rendah, kelenjar gondok akan berupaya membuat konpensasi dengan membesrakan kelenjarnya. Frevalensi pembeseran kelenjar gondok di indonesia temasuk sangat tingi. Karenanya defesiensi yudium atau gondok andemik merupakan salah satu masalah gizi utama.

Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 g per hari untuk anak samapi umur 10 tahun, dan 150 g per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita dan menyusui dianjurkan tambahan masaing-masing 25 g dan 50 g per hari.

Zat gizi dapat digolongkan, yaitu golongan Makromolekul (teh, protein dan lemak) serta mikromolekul vitamin dan mineral. Meskipun merupakan komponen yang paling vital untuk kehidupan, pada bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau, kambing, ayam, unggas, kelinci dan lain-lain), sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral. Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh. Mineral-mineral tersebut adalah bagian-bagian mustahak dari makanan. Unsur-unsur lain yang terdapat dalam jumlah sangat kecil disebut unsur-unsur runut (trace elements) yang juga adalah komponen-komponen makanan yang mustahak. Ini termasuk tembaga, moblibzenum, kobalt, mangan, zink, kromium, setenium, iodium dan fluor.

Standart kecukupan gizi pada masing-masing kelompok usia pertumbuhan dan pada keadaan fisiologis tertentu.

Pemerintah Indonesia sendiri juga telah banyak melakukan usaha untuk menuingkatkan keamanan pangan dan status gizi masyarakat. Banyak kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian masih cukup banyak kelompok yang rentan gizi yang lebih cenderung kepada kekurangan gizi (defisiensi gizi, under nutrions) daripada kelebihan gizi (over nutrion). Kelompok tersebut adalah:

  1. Bayi
  2. Anak balita
  3. Anak sekolah
  4. Remaja
  5. Ibu hamil
  6. Ibu menyusui
  7. Lanjut usia

Dari ketujuh kelompok rentan gizi tersebut yang dapat perhatian khusus pemerintah adalah Ibu hamil atau menyusui dan BALITA. Hal ini dimaksudkian agar terlahir generasi yang potensial yang pertumbuhannya, perkembangan, dan kesehatannya tidak terganggu oleh asupan gizi yang kurang.

2.2.2 Standart kebutuhan gizi

2.2.2.1 Standart kebutuhan gizi untuk masa balita

Di Indonesia kelompok anak BALITA menunjukkan prevalansi paling tinggi untuk menderita KKP dan devensiasi vitamin A serta anemia devensiasi gizi Fe. Kelompok umur ini sulit di jangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainya, karena tidak dapat sendiri ke tempat pelayanan gizi dan kesehatan. Perbaikan gizi kelompok BALITA, program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga).Di taman BALITA diadakan upaya rehabilitasi derita KKP dan melatih para ibu dan mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan BALITA di dalam keluarga, bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi untuk anak BALITA.

Untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan BALITA, maka perlu asupan gizi yang cukup. Menurut anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI untuk anak usia 1-3 tahun membutuhkan 1,5 mangkok nasi (200g), 0,5 ikan (50g),2 tempe (25 g), semangkok sayur (1000g),seiris buah pepaya (100 g) dan segelas susu (200 ml) Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi (200g),1 ikan (50 kg), 3 tempe (25g), 1,5 mangkok sayur (100 g), 2 iris buah papaya (100g) dan segelas susu (200 ml). Asupan gizi tersebut akan menjamin tercukupinya kebutuhan kalori untuk BALITA antara 1360-1830 kalori/anak /hari dan kebutuhan protein untuk BALITA antara 16-20 g/anak /hari.

2.2.2.2 Standart kebutuhan gizi untuk masa remaja.

Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.

Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus.

Faktor yang menjadi variabel independen dalam analisis terdiri dari 15 variabel yaitu: pendidikan, umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi, konsumsi obat modern, konsumsi obat tradisional, kecukupan konsumsi energi, sakit diderita satu tahun lalu, keluhan sakit satu bulan lalu dan anemi maupun IMT.

Untuk analisis lanjut, variabel kandidat dipilih berdasarkan analisis bivariat dengan nilai p < 0,05. Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mendapatkan secara bersih hubungan variabel dependen dan independen, sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemi maupun gizi kurang/kurus pada remaja.

Hasil : Prevalensi anemi pada remaja sebesar 25,5 % dengan rincian laki-laki 21 % dan 30 % pada perempuan. Prevelensi lebih besar di perdesaan (27 %) dibanding di perkotaan 22,6 %. Prevalensi gizi kurang dengan IMT < 5 persentil, sebesar 17,4 % dengan rincian 20, 7 % pada laki-laki dan 14,1 % pada perempuan. Prevalensi kurus lebih tinggi di perdesaan (18,7 % ) dibandingkan di perkotaan (15,4 %). Gambaran gaya hidup yang diwakili oleh 7 variabel, menunjukkan 88,71% responden menggunakan waktunya beraktifitas dengan aktif.

Kebiasaan merokok ditemukan pada sekitar 10% dari responden, sedangkan konsumsi minuman keras 1,2%. Umumnya responden telah terbiasa melakukan sarapan pagi (94%). Kecukupan energi yang berasal dari beras menunjukkan hanya sebanyak 38,3% remaja mengkonsumsi > 70% dari kecukupan yang dianjurkan. Status kesehatan dalam analisis ini diwakili dua variabel yaitu sakit yang diderita 1 tahun lalu dengan jumlah 7 % dan dan keluhan sakit 1 bulan lalu dengan jumlah 40 %.

Hasil analisis pada variabel dependen anemi menunjukkan dari 4 variabel sosial ekonomi dan demografi, didapat 3 variabel yang dapat menjadi kandidat untuk analisis multivariabel (p < 0,25) yaitu pendidikan, jenis kelamin dan wilayah. Umur secara teori termasuk variabel yang berpengaruh, sehingga walaupun dalam analisis bivariat tidak memenuhi kriteria sebagai variabel kandidat, namun dalam analisis lebih lanjut dimasukkan sebagai variabel kandidat.

Dari keempat variabel, faktor resiko menjadi anemi hampir sama, kecuali jenis kelamin pria yang resiko menjadi anemi hanya 0,6 kali dibanding perempuan. Dari ketujuh variabel gaya hidup, 3 variabel diantaranya memenuhi syarat menjadi variabel kandidat dalam analisis regresi logistik ganda anemi yaitu merokok, kebiasaan sarapan pagi dan kecukupan konsumsi energi.

Responden yang merokok mempunyai risiko 1,35 kali lebih tinggi menjadi anemi dibanding yang tidak merokok. Dari 3 variabel status kesehatan, kesemuanya memenuhi syarat menjadi variabel kandidat. Sakit yang diderita satu tahun menimbulkan resiko anemi sebesar 1,4 kali pada responden yang sakit, keluhan sakit 1 bulan lalu memberi risiko 1,2 kali dan responden yang kurus mempunyai resiko menjadi anemi sebesar 1,4 kali.

Untuk analisis bivariat dengan variabel dependen IMT, variabel sosial ekonomi dan demografi diwakili oleh 4 variabel yaitu pendidikan, jenis kelamin, umur yang dikategorikan dan wilayah.

Dari 4 variabel ini umur remaja menengah (14 – 16 tahun) mempunyai resiko paling tinggi yaitu 4 kali menjadi kurus, selain itu juga tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan tidak sekolah mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menjadi kurus dibanding responden dengan berpendidikan. Jumlah responden yang tidak berpendidikan sangat kecil (1,3%), karena itu dalam analisis multivariate dikelompokan dengan responden yang tingkat pendidikannya tidak sesuai umur. Sedangkan pada variabel dependen IMT dari 7 variabel gaya hidup didapat 2 variabel yang dapat menjadi kandidat yaitu, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum minuman keras.

Pada orang yang merokok mempunyai risiko menjadi kurus 2 kali lebih besar dibanding yang tidak merokok. Pada variabel dependen IMT, didapat 2 variabel kandidat yaitu sakit satu bulan lalu dengan risiko kurus 1,3 kali dan pada penderita anemi risiko menjadi kurus 1,4 kali.

Dari 10 variabel kandidat pada regresi logistik ganda, dihasilkan model dengan 8 faktor determinan anemi yaitu pendidikan, jenis kelamin, wilayah, kebiasaan sarapan pagi, kecukupan energi, sakit yang diderita satu tahun, keluhan sakit satu bulan lalu dan kurus/IMT.

Setelah dilakukan interaksi dan konfounding ternyata didapatkan variabel yang masih sama. Model yang dipilih mempunyai signifikansi likelihood model sebesar 0,0000 yang berarti sangat erat hubungannya. Dari nilai persen klasifikasi benar, didapat nilai 74,5% yang berarti variabel-variabel tersebut dapat menduga risiko anemi sebesar 74,5% persis ketepatannya. Dari 8 variabel kandidat yang berhubungan secara bermakna dengan IMT, dilakukan analisis regresi logistik ganda lebih lanjut terpilih 5 variabel yaitu kebiasaan minum minuman keras, sakit 1 bulan lalu dan anemi serta jenis kelamin yang berinteraksi dengan umur dan keluhan sakit 1 bulan lalu. Model awal terpilih mempunyai signifikansi likelihood model sebesar 0,0000 yang berarti sangat erat hubungannya. Nilai persen klasifikasi benar 82,57%.

Kesimpulan : Hasil analisis Regresi Logistik Ganda dengan variabel dependen anemi didapat model awal dengan 8 faktor determinan anemi yaitu pendidikan, jenis kelamin, wilayah, kebiasaan sarapan pagi, kecukupan energi, sakit yang diderita satu tahun, keluhan sakit satu bulan lalu dan kurus/IMT. Sedangkan pada analisis Regresi Logistik Ganda dengan variabel dependen IMT didapat , model dengan 5 variabel yaitu kebiasaan minum minuman keras, sakit 1 bulan lalu dan anemi serta jenis kelamin yang berinteraksi dengan umur dan keluhan sakit 1 bulan lalu.

2.2.2.3 Standart kebutuhan gizi masa dewasa.

Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki dewasa (20 – 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg, tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.

2.2.2.4 Standart kebutuhan gizi untuk ibu hamil.

Proses kehamilan akan menigkatkan metabolisme energi hal ini disebabkan dalam kehamilanterjadi proses pertumbuhan bayi,dan proses penyesuaian fisiologik dan metebolisme selama kehamilan.Dalam masa kehamilan.,berat badan seorang ibu dapat bertambah sekitar 11-13 kg yang disebabkan oleh pembesaran janin (rata-rata 3,4 kg), jaringan plasenta (1,5 kg), uterus (0,4 kg), payudara (1,5 kg), volume darah (1,5 kg), air ketuban (2,9 kg), dan lain-lain. Peningkatan berat badan tersebut membutuhkan makanan yang bergizi, baik karbohodrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

Menurut informasi Vanderbit Maternal Nutrition Study bahwa kebutuhan gizi penting bagi ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tabel kebutuhan gizi ibu hamil:

Bahan gizi

Kebutuhan

Trisemester I

Trisemester II

Trisemester III

Kalori (karbohidrat, dan lemak)

2140 kalori

2200 kalori

2020 kalori

Protein

75 g

75 g

70 g

Kalsium

1,1 g

1,1 g

1,0 g

Besi

13 g

14 g

13 g

2.2.2.5 Standart kebutuhan gizi ibu menyusui

Menyusui anak sangat di anjurkan baik dari segi kesehatan maupu Agama. Islam sangat menganjurkan agar ibu-ibu muslimah menyempurnakan susuanya selama dua tahun ,jika ingin menghentikan susuanya maka hendakalah ia bermusyawarah dengan suaminya untuk menentukan ibu susuan pengganti lainya. Seseorang ibu yang menyusui memerlukan 2700-3000 kalori setiap harinya.cadangan lemak setiap hari akan mensuplai 200-300 kalori perhari. Ibu yang hamil harus banyak menkomsumsi sumber protein (daging ,keju, telur, dan susu) agar ASI yang dihasilkan berkualitas. ASI yang berkualitas dapat menyediakan asam amino bagi bayi. ASI merupakan makanan utama yang ideal untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologik bayi,merupakan satu-satunya jenis pangan atau cairan yang perlu diminum oleh anak manusia dalam waktu empat sampai enam bulan pertama kehidupanya. ASI memiliki unsur-unsur seperti kalsium dan zat besi sehingga bayi yang di beri ASI hampir tidak mengalami Anemia .bayi yang di beri ASI dapat bermanfaat terhadap pertumbuhan jaringan otaknya,dan tahan terhadap flu, brokitis, pneumonia, diare karena ASI mengandung macropages yaitu zat penagkal peyakit seperti imunoglubilin, protein yang kaya vitamin B12 (asam folat), ASI juga mengandung antibodi ,butir-butir darah putih yang melindungi bayi.

Asam amino

Kebutuhan yang di anjurkan (mg/gprotein)

Kandungan dalam ASI

(mg/g protein)

Histidin

14

26

Isoliusin

35

46

Leusin

80

93

Metionin dan sistin

29

42

Lisin

52

66

Finilananin dan tirosin

63

72

Ttreonin

44

43

Valin

47

55

Jumlah

364

443

Jika asupan ibu hamil kurang, maka ibu hamil dapat terserang peyakit kekurangan kalori protein (KKP) baik yang berupa marasmus dan khawisiokhor

Untuk menjamin kesehatan ibu menyusui dan pertumbuhan/perkembangan bayi maka perlu asupan gizi yang cukup. Anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan oleh departemen Kesehatan RI untuk ibu yang menyusui, membutuhkan 5 mangkok nasi (200 g), 2 ikan (50g) , tempe ( 25 g), 3 mangkok sayur (100 g), dua iris buah pepaya (100 g) dan segelas susu (200 ml)

2.2.2.6 Gizi bagi orang yang berpuasa

Dalam sebuah hadits yang siriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Hurairah, Rasulluloh SAW bersabdah: Shuumuu taskhikhuu (Berpuasalah,niscaya kamu sehat). Dari hadits ini kita bisa menagkap adanya satu kiat untuk sehat yaitu dengan berpuasa. Puasa dari dimensi kesehatan. Anjuran meyegarakan berpuasa dengan makanan yang manis-manis, mengakhirkan waktu sahur, dan tidak lapar kecuali telah lapar dan akan berhenti makan sebelum kenyang merupakan anjuran dalam berpuasa yang sangat erat dengan hikmah puasa dari dimensi kesehatan.

Hikmah puasa dari dimensi kesehatan terkait erat dengan bahan gizi yang dikomsumsi dan kinerja metabolisme dalam tubuh seseorang menyegerakan dengan makanan yang manis-manis akan segera dapat menyediakan sumber glukosa darah yang akan di bongkar menjadi energi, sehingga tubuh kita akan segara bugar dan bertenaga kembali. Hal ini akan mencegah timbulnya glukogenesis, yaitu penyediaan glukosa darah untuk energi dari bahan selain karbonhidrat misalnya dari asam lemak atau protein.

2.2.3 Perencanaan pemenuhan kecukupan gizi

Zat gizi sangat berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia. Sayangnya, kita masih mengalami gizi kurang dan gizi buruk karena kurangnya asupan zat makanan bergizi. Masalah gizi yang kerap terjadi di masyarakat kita saat ini adalah masalah gizi makro dan gizi mikro. Masalah makronya kurang kalori protein, sehingga marasmus dan kwasiorkor. Kadang tidak terdeteksi dan itu memberi dampak berat. Sedangkan masalah gizi mikro yang umum adalah anemia, kekurangan vitamin A, gondok, defisiensi zink dan selenium.

Perencanaan pemenuhan kebutuhan gizi (kecukupan kalori dan protein )dapat dilakukan melaui 7 langkah utama,yaitu sebagai berikut:

  1. Menentukan kebutuhan energi

Pada umumnya perhitungan energi orang dewasa menggunakan teori BMR.Dengan demikian di hitung dulu basal metabolismenya dengan cara-cara yang di uraikan dimuka atau memakai cara menghitung yang praktis meskipun kasar,yaitu:

BMR = 1kalori /kg berat badan /jam

Setelah ditemukan,kemudian hitung energi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang eksternal (kesehatan fisik ),dan keadaan fisiologis tertentu (misalnya dalam keadaan pregenansi dan laktasi) .Makanan merupakan campuran dari ketiga zat sumber sumber energi dengan proporsi yang berbeda -beda.mnaka pengaruh dari campuran tersebut juga berbeda berkisar antara 6-30 % praktisnya bisa di ambil saja rata-rata 10 % .penentuan kebutuhan energi (kalori) juga dapat menggunakan berbagai tabel kebutuhan enrgi (alori) berdasarkan umur dan jenis kelamin serta Aktivitas yang di lakukanya.

  1. Menentukan kebutuhan protein untuk menentukan kebutuhan protein dapat dilakukan melalui tabel.

3. Memperhatikan zat gizi bahan pangan yang ingindi gunakan yaitu memperhatikan bahan yang akan dimakan .Hal ini untuk mengetahui kandungan kalori, karbonhidrat ,lemak ,protein ,dan air.Untuk kepentingan ini dapat menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan RI .Dalam menggunakan daftar komposisi Bahan Makanan perlu di perhatikan bydd(berat yang dapat dimakan). Pemilihan menu harus disesuaikan dengan pola makan yang bersangkutan ,seperti kebiasaan memakan nasi dengan jumlah tertentu,adnya buah dan sayur pantangan, adanya buah dan sayur kesukaan,dan juga kebiasaan minum susu.

4. Upaya pemenuhan menu empat sehat 5 sempurna .

5. Menggunakan ratio Karbonhidrat : lemak, protein dengan perbandingan :

Karbonhidarat: Lemak: Protein = 50 20 30

6. Menggunakan prinsip halalan dan thoyiban

Makanan yang di halalkan untuk umat islam dapat di kaji dalam AL-quran dan AL Hadits ,sedangkan konsepsi thoyiban tidak saja menyangkut baik dalam hal cara memperolehnya,tetapi juga baik, bahwa makanan tersebut harus mampu mendukung pertumbuhan, perkembangan ,dan kesehatan.Thoyiban juga mempuyai makna makanan tersebut di sukai konsumen dan diterima secvara antropologis yang berbasi budaya dan tradisi lokal. Makanan yang thoyyiban juga punya makna, makanan tersebut idak mengandung toksikan nabati, bahan anti gizi, cemaran mokro organisme, dan cemaran bahan kimia beracun dan berbahaya.

Dalam bomb kalori meter oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan 4,1 kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram mprotein 5,56 kalori. Didalam tubuh keadaannya berlainan, baik karbohidrat, lemak maupun protein tidak seluruhnya dapat terbakar, karena adanya kehilangan-kehilangan dalam proses pencernaan dan ekskresi. Karena itu oleh Atwater dan Bryant disarankan agar supaya dilakukan reduksi sebanyak 2 %untuk karbohidrat, 5 % untuk lemak dan 29,2 % untuk protein. Sehingga setelah dihitung dengan pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut:

1 gram karbohidrat 4 kalori

1 gram lemak 9 kalori

1 gram protein 4 kalori

7. Konversikan kebutuhan kalori dan protein pada kelima bahan makanaan dan hitung kembali kesesuaiannya. Contoh:

Tabel rencana pemenuhan gizi

Jenis bahan pangan

kalori

K

L

P

300 gr beras giling

100

226,7

2,1

20,4

100 gr daging kambing

154

0

0,2

16,6

100 gr tahu

68

1,6

4,6

7,8

100 gr selada air

11,73

2,07

0,207

1,173

150 gr jeruk manis

48,6

12,096

0,216

0,54

500 gr susu kental

1680

275

5,0

41

Total

3042,23

527,466

66,323

87,513

2.3 PENILAIAN STATUS GIZI

2.3.1 Penilaian secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, dkk, 2001):

a. Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

b. Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c. Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

d. Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

2.3.2 Penilaian secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah:

a. Survey konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b. Statistik vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

2.4 MASALAH GIZI UTAMA

2.4.1. Masalah Kekurangan Gizi

A. Pengertian

Merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.

B. Penyebab

Pada tahun 1988, UNICEF, masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:

1. Penyebab langsung:

 Penyapihan yang terlalu dini

 Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan

 Terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya.

2. Penyebab tidak langsung:

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu:

 Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

 Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

 Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

C. Dampak

1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.

2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.

3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

D. Jenis Penyakit Kekurangan Gizi

1. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:

 KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standar Harvard.

KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 84%-60% dari berat badan menurut standar Harvard.

 KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar Harvard.

2. Busung Lapar

Pengertian

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO), adalah kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

Tanda-tanda

 Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas

 Badan kurus

 Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut

 Sekitar mata bengkak dan apatis

 Anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

3. Anemia (penyakit kurang darah)

Pengertian

Anemia berasal dari bahasa yunani yang berarti tanpa darah.

Penyebab

Penyakit anemia terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Di samping itu, Fe juga diperlukan untuk pembentukan koenzim yaitu senyawa penggiat enzim. Zat besi Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk Ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus.

Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% saja dari fe yang terdapat di dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus. Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui darah menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita dewasa, lebih banyak dibandingkan dengan pada pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe.

Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-Cuma melalui Puskesmas atau Posyandu.

Pencegahan dan pengendalian

Prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi dalam makanan.

Ada 4 pendekatan utama:

 Penyediaan suplemen zat besi

 Fortifikasi bahan pangan yang biasa di konsumsi dengan zat besi

 Edukasi gizi

 Pendekatan berbasis hortikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.

4. Defisiensi vitamin A (zerophthalmia)

Pengertian

Merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh.

Tanda dan gejala

 Kekeringan epitel biji mata dan kornea, karena sekresi kelenjar air mata (lacrimalis) menurun.

Terlihat selaput bolamata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.

 Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam,

 Tidak sanggup melihat pada cahaya remangremang.

 Pada stadium lanjut mata mengoreng, karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalasia dan dapat menimbulkan kebutaan.

Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut zerophthalmia ini.

Penanggulangan

Program penanggulangan zerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui Puskesmas dan/atau Posyandu. Di samping itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin.

5. Penyakit gondok endemic (GAKI)

Zat Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Zat iodium ini dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) yang dipergunakan dalam sintesis hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), maka disebut thyroglobulin. Apabila diperlukan thyroglobulin ini dipecah dan terlepas hormon tiroksin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah. Kekurangan zat Iodium ini berakibat kondisi hipotiroidisme (kekurangan iodium), dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok.

Akibatnya terjadi hipertrophi (membesarnya kelenjar tiroid), yang kemudian disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat iodium, maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut Iodium dermatitis. Penyakit gondok ini di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah-daerah terpencil di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat Iodium. Oleh sebab itu, penyakit kekurangan Iodium ini disebut gondok endemik.

Kekurangan Iodium juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, yakni: kretinisme. Kretinisme adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi badan di bawah normal (cebol). Kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat (debil). Ekspresi muka seorang bocah yang menderita kretin ini memberikan kesan orang bodoh, karena tingkat kecerdasannya sangat rendah. Pada umumnya orang kretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan zat iodium.

Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis Iodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat kekurangan Iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui program Iodiumisasi. Yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan Iodium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui departemen Perindustrian telah memproduksi khusus garam Iodium untuk daerah-daerah endemik gondok.

2. 2. Masalah Gizi Lebih

Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energy dibandingkan dengan pengeluaran energi. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energy melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup atau stres. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alcohol. Untuk itu diperlukan penyuluhan ke masyarakat yang luas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar